Puisi Ibu
Karya K.H Mustofa Bisri (Gus Mus)
Ibu
Kaulah gua teduh
Tempatku bertapa bersamamu
Sekian lama
Kaulah kawan
Dari mana aku meluncur dengan perkasa
Kaulah bumi
Yang tergelar lembut bagiku
Melepas lelah dan nestapa
Gunung yang menjaga mimpiku
Siang dan malam
Mata air yang tak brenti mengalir
Membasahi dahagaku
Telaga tempatku bermain
Berenang dan menyelam
Kaulah, ibu, langit dan laut
Yang menjaga lurus horisonku
Kaulah ibu, mentari dan rembulan
Yang mengawal perjalananku
Mencari jejak sorga
Di telapak kakimu
(Tuhan
Aku bersaksi
Ibuku telah melaksanakan amanatMu
Menyampaikan kasihsayangMu
Maka kasihilah ibuku
Seperti Kau mengasihi
Kekasih-kekasihMu
Amin)
Puisi Ibu
Karya Chairil Anwar
Pernah aku ditegur
Katanya untuk kebaikan
Pernah aku dimarahi
Katanya membaiki kelemahan
Pernah aku diminta membantu
Katanya supaya aku pandai
Ibu...
Pernah aku merajuk
Katanya aku manja
Pernah aku melawan
Katanya aku degil
Pernah aku menangis
Katanya aku lemah
Ibu...
Setiap kali aku tersilap
Dia hukum aku dengan nasihat
Setiap kali aku kecewa
Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat
Setiap kali aku dalam kesakitan
Dia ubati dengan penawar dan semangat
Dan bila aku mencapai kejayaan
Dia berkata bersyukurlah kepada tuhan
Namun...
Tidak pernah aku melihat air mata dukamu
Mengalir dipipimu
Begitu kuatnya dirimu...
Ibu...
Aku sayang padamu...
Tuhanku...
Aku bermohon kepada-Mu
Sejahterakanlah dia
Selamanya...
Puisi Ibu
Karya D Zawawi Imron
kalau aku merantau lalu datang musim kemarau
sumur-sumur kering, dadaunan pun gugur beserta reranting
hanya mataair airmatamu ibu, yang tetap lancar mengalir
bila aku merantau
sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku
di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan
lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar
ibu adalah gue pertapaanku
dan ibulah yang meletakkan aku di sini
saat bunga kembang menyemerbak bau sayang
ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
aku mengangguk meski kurang mengerti
bila kasihmu ibarat samudra
sempit lautan teduh
tempatku mandi, mencuci mulut pada diri
tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku
kalau aku ikut ujian lalu aku ditanya tentang pahlawan
namamu ibu, yang akan kusebut paling dahulu
lantaran aku tahu
engkau ibu dan aku anakmu
bila aku berlayar lalu datang angin sakal
Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal
ibulah itu, bidadari yang berselendang bianglala
sesekali datang padaku
menyuruhku menulis langit biru
dengan sajakku
1996
Puisi Surat Dari Ibu
Karya Asrul Sani
Pergi ke dunia luas, anakku sayang
pergi ke kehidupan bebas!.
Selama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinar daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau.
Pergi ke laut lepas, anakku sayang
pergi ke alam bebas!.
Selama hari belum petang
dan warna senja belum kemerah-merahan
menutup pintu waktu lampau.
Jika bayang telah pudar
dan elang laut pergi ke sarang
angin bertiup ke benua.
Tiang-tiang akan kering sendiri
dan nakhoda sudah tahu pedoman
boleh engkau datang padaku!.
Kembali pulang, anakku sayang
kembali ke balik malam!.
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
"Tentang cinta dan hidupmu di pagi hari"
Jika terjadi kesalahan pada penulisan puisi yang bersangkutan dimohon dengan sangat memberitahu kami dengan berkomentar, Terimakasih. Salam Admin Karya Cendekiawan